Hari ini di kampus, ada suatu peristiwa yang cukup aneh. Dosen sudah menayangkan silabus melalui proyektor yang bisa dilihat dengan jelas di papan tulis, namun dosen tersebut membacakannya lagi untuk mahasiswa agar lebih mudah mencatatnya.
Nah, yang aneh adalah, mahasiswa-mahasiswa yang sudah jelas mampu membaca sendiri dengan sangat baik itu menunggu suara dosen untuk menulis. Mereka tidak membaca sendiri apa yang terpampang di papan tulis. Yang bisa menulis lebih cepat dari suara dosen tidak kemudian membaca sendiri untuk bisa selesai lebih cepat
Yang menulis lebih lama panik karena tidak dapat mengikuti, dan bukannya tenang saja karena walaupun suara dosen sudah lewat, kan masih ada tulisan yang terpampang di papan tulis. Semuanya jadi sangat tergantung pada suara si dosen. Semua menulis dengan kecepatan yang kurang lebih sama, menulis hal yang sama, dan bila ada, mengikuti kesalahan yang sama.
Bodoh kedengarannya, dan saya tercengang diam merenungi hal ini. Tapi setelah dipikirkan kembali, bukankah sistem pendidikan Indonesia memang seperti itu? Semua hal tergantung pengajar, dan pengajar dengan senang hati membiarkan murid-muridnya bergantung pada kata-katanya. Padahal, tidak semua hal dapat dibicarakan. Orang juga semuanya memiliki kemampuan yang berbeda yang tidak mungkin sama dengn kecepatan mengajar sang dosen. Ada yang dapat mengerti lebih cepat, ada ayng lebih lama. Namun semuanya dipaksa berlari dalam kecepatan yang sama. Bukankah itu hal yang mengerikan? Tidak efisien, dan, yah! Hanya akan membuat penderitaan. Dan murid - murid yang diajarkan juga tidak menyadarinya dan malah senang dengan sistem seperti ini. Ironis.
Pendidikan yang menerapkan sistem standarisasi adalah sistem yang mengerikan. Untuk apa diproduksi orang-orang yang sama dengan kecepatan kerja yang sama dengan kemampuan yang sama? Bukankah orang dilahirkan dengan kemampuan berbeda-beda yang dengna itu menjaga keseimbangan dan men supply pekerja di semua bidang?
Apapun jawabannya, sepertinya sistem ini masih akan terus berlanjut dan... buka mata anda, paling tidak tolong bagi orang yang paham untuk tidak hanya bergantung pada dosen namun juga pada materi yang didepan mata anda, yang bebas anda kuasai sesuai kemampuan anda
Adieu
Nah, yang aneh adalah, mahasiswa-mahasiswa yang sudah jelas mampu membaca sendiri dengan sangat baik itu menunggu suara dosen untuk menulis. Mereka tidak membaca sendiri apa yang terpampang di papan tulis. Yang bisa menulis lebih cepat dari suara dosen tidak kemudian membaca sendiri untuk bisa selesai lebih cepat
Yang menulis lebih lama panik karena tidak dapat mengikuti, dan bukannya tenang saja karena walaupun suara dosen sudah lewat, kan masih ada tulisan yang terpampang di papan tulis. Semuanya jadi sangat tergantung pada suara si dosen. Semua menulis dengan kecepatan yang kurang lebih sama, menulis hal yang sama, dan bila ada, mengikuti kesalahan yang sama.
Bodoh kedengarannya, dan saya tercengang diam merenungi hal ini. Tapi setelah dipikirkan kembali, bukankah sistem pendidikan Indonesia memang seperti itu? Semua hal tergantung pengajar, dan pengajar dengan senang hati membiarkan murid-muridnya bergantung pada kata-katanya. Padahal, tidak semua hal dapat dibicarakan. Orang juga semuanya memiliki kemampuan yang berbeda yang tidak mungkin sama dengn kecepatan mengajar sang dosen. Ada yang dapat mengerti lebih cepat, ada ayng lebih lama. Namun semuanya dipaksa berlari dalam kecepatan yang sama. Bukankah itu hal yang mengerikan? Tidak efisien, dan, yah! Hanya akan membuat penderitaan. Dan murid - murid yang diajarkan juga tidak menyadarinya dan malah senang dengan sistem seperti ini. Ironis.
Pendidikan yang menerapkan sistem standarisasi adalah sistem yang mengerikan. Untuk apa diproduksi orang-orang yang sama dengan kecepatan kerja yang sama dengan kemampuan yang sama? Bukankah orang dilahirkan dengan kemampuan berbeda-beda yang dengna itu menjaga keseimbangan dan men supply pekerja di semua bidang?
Apapun jawabannya, sepertinya sistem ini masih akan terus berlanjut dan... buka mata anda, paling tidak tolong bagi orang yang paham untuk tidak hanya bergantung pada dosen namun juga pada materi yang didepan mata anda, yang bebas anda kuasai sesuai kemampuan anda
Adieu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar